Kebiri Penjahat Kelamin!
Pernah mengalami pelecehan seksual, Mak?
Dulu saya pernah...waktu pulang kerja di angkot 03 jurusan Ciapus, Bogor. Di depan mall Bogor plaza, naik seorang pria ke dalam angkot yang saya tumpangi. Kalau dilihat dari penampilannya, dia seperti pria baik-baik, kulit mukanya putih bersih, rambut ikal dan berbadan tinggi tegap. Dia memakai kemeja, celana panjang rapi dan membawa tas berbentuk koper, seperti pekerja kantoran. Jika orang melihatnya, tidak mungkin dia disamakan dengan preman atau pria nakal.
Pria itu duduk di samping saya, bangku empat, karena hanya itu tempat yang tersisa, bangku enam dan bangku ulang tahun sudah penuh. Angkot pun mulai berjalan, selang berapa lama, saya merasa ada sesuatu yang menjalar di paha saya. Spontan saya angkat kaki saya dan langsung mencoba melongok ke bawah bangku angkot, membayangkan ada kecoa masuk ke celana panjang saya...tapi tidak ada apa-apa di bawah. Kedua kalinya terjadi lagi, saya kembali cepat-cepat mengangkat kaki saya. Penumpang yang lain terlihat heran melihat saya sibuk sendiri.
Ketika ada penumpang yang turun, saya langsung pindah tempat duduk ke sebrang bangku yang saya tempati. Saya cek kolong-kolong bangku, semua dalam keadaan bersih. Hewan apa tadi yg menggerayangi paha saya?pikir saya. Sekilas saya melihat pria yang tadi duduk di samping saya, tasnya menutupi seluruh pangkuan kakinya, terlihat tangannya tersembunyi di bawah tas dan seolah-olah memegang bangku angkot. Saat itu juga saya mengerti, saya pelototi terus laki-laki itu, dia terlihat jadi serba salah, keringat bertambah banyak di wajahnya padahal hari sudah sore, kemudian dia menunduk dan memalingkan muka. Sampai akhirnya dia turun di perumahan Cikaret Hijau. Saya ingat dan tandai dia.
Saya kembali bertemu dengannya tuk yang kedua kali, di angkot jurusan yang sama, rupanya memang rumahnya di perumahan Cikaret Hijau. Kali ini di sebelahnya, duduk seorang wanita yang mengenakan dress pendek berwarna merah menyala dan berdandan cantik. Awalnya wanita itu terlihat nyaman saja duduk di tempatnya, tidak berapa lama wanita itu setengah berteriak dan mengangkat kakinya...seperti yang sudah saya duga.
" Pindah, mbak", Saya langsung menarik tangan wanita itu untuk duduk di sebelah saya.
" Itu ada binatang apa tau...hiiii", ujarnya sambil melihat kolong bangku angkot.
Saya pelototi kembali pria itu, pria yang hobi menggerayangi paha-paha perempuan di angkot.
Ketiga kalinya, saya naik angkot bersama suami, dan bertemu kembali dengan pria itu. Saya langsung tunjuk-tunjuk dan ceritakan pria itu pada suami. Suami saya langsung memajukan badannya di depan pria itu, dan pria itu seketika juga langsung turun dari angkot. Kalau pria itu tidak segera turun, mungkin sudah babak belur dibogem oleh suami saya.
" Ibu dah baca berita soal pelecehan seksual di kereta? Ada perempuan, kalau gak salah namanya Christine, nulis di blognya waktu dia liat laki-laki yang memainkan alat kelaminnya di belakang (maaf, pantat) perempuan di kereta", tanya anak saya dengan mimik jijik di wajahnya.
" Banyak kejadian seperti itu, apalagi di kereta. Di bus juga ibu pernah liat laki-laki yang sengaja menggesek-gesekkan kelaminnya ke perempuan. Memanfaatkan situasi bus yang penuh berdesak-desakkan. Di angkot ibu juga pernah ngalamin", saya ceritakan semuanya.
" Iya Bu, ternyata banyak yang ngalamin dan mereka curhat di blog mba itu. Bahkan mba itu sampai diikutin sama pelaku karena mencoba merekam kejadian. Seereem..."
" Kamu harus berani. Budaya orang timur dulu, kalau di perkosa atau mengalami pelecehan seksual, justru malah perempuannya yang malu. Cerita aja takut, apalagi ngelawan...itu salah! Kalau kamu ngalamin seperti itu, jangan ragu untuk teriak minta tolong, jangan ragu untuk marah/bentak pelaku dengan tegas dan jangan ragu untuk hajar langsung si pelaku", menasehati anak gadis sambil berdoa...mudah-mudahan anak saya tidak pernah mengalaminya.
" Nanti kalau naik transportasi umum, usahakan pakai baju yang sopan, pilih tempat yang banyak perempuannya, bawa payung yang bisa dijadiin senjata", tambahan nasehat saya tuk anak gadis.
" Bawa jarum pentul atau merica, itu saran mba yang nulis di blognya", sahutnya.
" Ya, bener! Klo punya ular, asik ya...hehe. Biar ularnya aja yang gigit burung laki-laki brengsek itu", perkataan saya disambut dengan tawa.
Ada rasa penyesalan sampai saat ini jika mengingat pelecehan seksual yang pernah saya alami. Kenapa tidak langsung saya hajar saja laki-laki itu? Jijik mengingat orang itu!
Setidaknya, sekarang saya bisa berbagi melalui tulisan ini, semoga tidak ada lagi perempuan yang jadi korban pelecehan seksual, semoga pemerintah juga lebih serius memberi sanksi hukuman pada pelaku pemerkosa dan pelecehan seksual. Kebiri Penjahat Kelamin!
Menulis ini dalam rangka menyambut Hari Kartini, jadilah Kartini yang berani! Say NO tuk pelecehan seksual! Kartini berani, lawan!
Komentar
Posting Komentar